Rabu, 15 Desember 2010

PERSAHABATAN (Aku dan Sahabat Ku)


BIARPUN :

Se_ganteng Wendy Ariani
Se_keren Abda Ayatullah
Se_baik Abdi Fatahilah
Se_lebay Ridho Elhami
Se_playboy Wahyuni
Se_perhatian Muhammad Said Ridha
Se_lucu Rusdi
Se_pendiam Muhammad Zaki

Se_cantik Nurul Huda
Se_pendiam Norhayati dan Faridah
Se_baik Laila Maulida
Se_gaul Siti Zulaiha
Se_lucu Norma, Siti Mawaddah dan Hamidah
Se_dempem Dina Ramayanti dan Mahmudah
Se_alim Zainab
Se_playgirl Muthmainnah
Se_Bawel Nida Hasanah dan Khadizah
Se_pintar Nahdiatul Husna
Se_cuek Masrinah
Se_cengeng Saidatul Husna dan Helda Wati

Tapi.........
Puteri Serry Banun Sangat Menyayangi mereka......
dan kami kan tetap bersahabat
Karna mereka adalah Sahabat terbaik
dan untuk selamanya
meski JAUH DIMATA NAMUN TETAP DIHATI
always FRIENDSHIP Forever


Sabtu, 11 Desember 2010

All About Princess

 Ini adalah akte kelahiran ku... aku dilahirkan pada tanggal 27 september 1994,  awalnya aku bernama Sefty Serry Banun, lalu pada umurku yang ke-2 tahun nama ku diubah menjadi Puteri Serry Banun.
aku lahir sebagai anak prematur < 7 bulan. dengan berat 1,5 kg.
aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
foto diatas adalah foto ketika aku diberi nama (tasmiyah) dan aqiqah, rambut ku dipotong oleh Datu q Kh Birhasani. aku dipangkuan papahku, dan mama ku disamping papahku.
Foto ini ketika aku baru lahir dan dipangkuan nene ku. hehe... :D badan ku kecil sekali dan merah.
Diatas merupakan foto ku ketika ulang tahun ke-2. badan ku kecil dan pendek. karna memang dari lahir aku kecil.
foto pakai baju merah adalah foto ku berumur 4 tahun, aku memang dari kecil narsis foto2... dan dulu aku hampir tidak punya rambut,,, hingga sering dibotakin sm orang tua ku, katanya biar rambut ku tebal.
nah......... kalau ini foto aku ketika baru pindah ke Amuntai,,, aku berfoto dengan sepupu ku Damaiyana, aku yang memakai baju putih. saat itu aku berumur 5 tahun. ya.....saat itu rambut ku sudah mulai lebat. mungkin karna sering dibotakin... wkwkwkwkwk
Saat aku berfoto gambar diatas aku sekolah di SDN Terlaga Sari, Amuntai selatan,, ketika aku sekolah SD badan ku masih kurus dan pendek, rambut ku ketika SD slalu dipotong pendek, karna kata mama biar kelihatan rapi dipotong pendek rambutku, dan aku jadi lebih imut-imut.... hehehhe (lebay  ......mode on........)
kalau diatas adalah foto ku ketika aku kelas 3 MTs, di MTsN Amuntai Selatan. aku yang ditengah yang berdiri, fotonya tidak bersama satu kelas,,,, hanya beberapa oran saja. disaat aku MTs badan ku menjadi tinggi dan agak gemuk... hingga 55 kg.......
Lalu.... kalau foto diatas adalah fotoku ketika kelas 1 Aliyah di MAN 3 Amuntai........ badan ku gede dan sampai-sampai berat badan ku 60 kg,,,,,,,, dulu sewaktu aku kecil badan ku kurus dan pendek...
Sedangkan foto ini ketika aku kelas 2 ipa di Aliyah. dan aku pindah sekolah ke MAN 2 Model Banjarmasin.
Ini foto ku dirumah pulang try out ganesha operation. entah mengapa aku tuh senang sekali foto meski pun ku jelek, dan foto nya g bagus,,, hehehe 

 Foto ini ketika aku diperpustakaan daerah Banjarmasin,,,,,, saat itu aku selesai cari bahan pelajaranku dilantai 2 perpustakaan itu, kemudian aku kebawah, keruang anak-anak, menunggu ade q Eva dan ade ku almarhumah Icha yang lagi baca buku, selagi nunggu mereka aku iseng foto.
besok harinya setelah kami jalan-jalan ke perpustakaan daerah, ade ku Icha (Khairunnisa) meninggal dunia,
Kalau foto diatas merupakan fotoku dengan keluargaku di Anjir. kami kerumah Datu,
Datu q yang paling depan pake baju putih,
tiga orang dibagian kiri pakai baju daster merupakan anak datu.
aku pakai baju coklat kerudung coklat, yang disampingku pakai baju hitam adalah ade ku Icha yang telah meninggal dunia, yang pakai baju biru ade ku Eva.
yang pakai kerudung putih adalah Damai sepupuku.
anak kecil pakai baju pink adalah ade ku Gustin
dan anak laki2 pakai baju hitam adalah Sidiq anak tante ku
sedangkan ibu-ibu dipaling kanan adalah mama ku.
diatas adalah foto aku dan sepupu ku Damaiyana. kami akrab sejak kecil, tidur bareng, mandi bareng, pokonya rame2 bareng, gila2 bareng............ seru-seruan bareng.......
nahh,,,,,,, ini dia fotoku ketika aku menjadi galuh banjar, di weddingnya tante ku,  pada november 2010

Ini adalah foto-foto sahabat ku diamuntai, mereka adalah sahabat terbaikku. aku sangat merindukan mereka, dan ingin ketemu mereka lagi, tapi aku tidak bisa lagi kembali ke Amuntai, karna suatu hal.
aku sayang mereka, sebenarnya masih ada lagi foto-foto sahabat ku yang lain.
aku padahal ingin foto sahabatku Dina Ramayanti dan Muthmainnah, tapi aku tidak punya foto mereka,
Muthmainnah adalah sahabat ku, aku berteman dengannya sejak kelas 1 SD hingga sekarang.
aku dan dia dari kecil sering bertengkar namun tanpa minta maaf berteman kembali,
aku sering menangis apabila ku ingat sahabatku diAmuntai.
karna aku sangat merindukan mereka dan ingin bertemu mereka, berkumpul, bercanda bareng seperti dulu lagi.
 Narsis banget deh waktu itu aku setelah sholat zuhur di mesjid sabilal muhtadin, aku foto di kolam depan mesjid,, wkwkwkwk..........saat itu aku datang dari mengerjakan tugas di PJ (pantai jodoh),
nah....... kalau ini fotoku di PJ, aku aneh banget deh foto sampai2 naik pagar dipinggir sungai..
Foto ini iseng banget bikin na 100% narsis,,,,,,, ini fotoku dikelas Bareng Mahrita temen sekelasku.
aku slalu disebelah kiri yang kadang pakai kaca mata. sedangkan Mahrita slalu disebelah kanan.
BUTTERFLY adalah Binatang yang paling aku suka. karna menurutku Butterfly itu sangat cantik, lucu, dan senang bermain, dia juga binatang yang membantu bunga, butterfly itu tegar dia kuat terbang kemana2 padahal sebenarnya apabila disentuh dia sanggat lemah,,, itu lah Butterfly..
aku suka warna Pink, Putih dan Kupu-kupu.


Itu lah aku dan hidup ku dari aku lahir hingga sekarang aku berumur 16 tahun. (2010)

hipnotis dengan cara sederhana

Definisi : Hipnotis adalah salah satu cabang magic yang digunakan untuk bermain dengan alam bawah sadar manusia. Setelah seseorang memasuki alam bawah sadarnya, kita bisa menanamkan sugesti tertentu dalam pikiran mereka, dan membuat mereka melakukan hal-hal yang kita perintahkan.

Perlu Diketahui :
- Hipnotis (terutama "extreme hypnotist" seperti yang sering dilakukan Romi Rafael) hanya akan berhasil apabila sang objek (sukarelawan) bersedia dihipnotis.
- Alam pikiran manusia dibagi menjadi dua, yaitu alam sadar(conscious mind) dan alam bawah sadar (unconscious mind). Tujuan hipnotis adalah membuat sang sukarelawan berada di alam bawah sadar mereka. Keadaan setelah sang sukarelawan melakukan berbagai macam hal dalam pengaruh alam bawah sadar disebut "trans".
Prosedur :

1. Percaya Diri
Sebelum melakukan hipnotis, anda harus benar-benar yakin dan percaya bahwa anda mampu menghipnotis orang lain. Yakinkan diri anda bahwa anda adalah seorang ahli hipnotis yang hebat. Tanpa rasa percaya diri, hipnotis yang anda lakukan pasti gagal.

2. Ritme
Sesuaikan ritme suara anda dengan kecepatan nafas sang sukarelawan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan gerakan rongga diafragma saat sang sukarelawan bernafas. Saat yang paling tepat untuk menggiring sang sukarelawan memasuki alam bawah sadar mereka adalah saat mereka sedan menghembuskan nafas (seperti yang sering dilakukan oleh Romi Rafael).
Biasanya, jika hipnotis berjalan dengan sukses, tempo dan ritme nafas sang sukarelawan menjadi lebih lambat. Saat itu, perlambatlah tempo dan ritme bicara anda sesuai dengan ritme nafas sang sukarelawan.

3. Nada Suara
Ada dua macam nada suara yang dapat digunakan dalam hipnotis.
a. Nada Suara Monoton
Metode ini sering dipakai oleh Romi Rafael. Nada suara monoton adalah nada suara yang datar dan cenderung sama dari awal sampai akhir, dengan penggunaan kata yang terus-menerus diulang. Tujuan menggunakan nada suara monoton adalah agar alam sadar sang sukarelawan merasa bosan, sehingga ia lebih mudah memasuki alam bawah sadarnya.
b. Nada Suara Bergelombang
Nada suara yang dipakai adalah nada suara naik-turun, lemah-keras, rendah-tinggi. Pelaku hipnotis mula-mula akan berbicara dengan nada rendah, kemudian semakin meninggi hingga membawa sang sukarelawan ke dalam keadaan "trans".
Silakan pilih salah satu nada suara yang sesuai dengan kepribadian anda. Pilihlah yang paling nyaman dan enak saat anda mengucapkannya.

4. Membawa sang sukarelawan memasuki alam bawah sadar
Pertama, perintahkan sang sukarelawan untuk melakukan suatu rutinitas, misalkan "Berhitunglah dari 1sampai 10, tiap-tiap hitungan akan membuat anda memasuki alam bawah sadar anda".
Atau "Tarik nafas dalam-dalam...dan hembuskan".
Atau tanyakan "Siapakah nama anda?"

Di tengah-tengah proses itu, jabat tangannya, tatap matanya, dan lakukan sesuatu yang mengejutkan sehingga ia dengan cepat memasuki alam bawah sadarnya.Sesuatu yang mengejutkan itu antara lain :

-. Menyentakkan jabatan tangan
-. Mengangkat pergelangan tangannya ke atas
-. Menjentikkan jari anda ke dahi sukarelawan

Ingat, saat melakukan hal-hal tersebut, tetap pertahankan kontak matadengan sang sukarelawan. Setelah itu, buat sang sukarelawan melakukan hal-hal yang anda perintahkan dengan kalimat hipnotis.

5. Kalimat Hipnotis
Kalimat-kalimat hipnotis harus diucapkan dengan lancar, tanpa kata-kata seperti "eee...", "mmm..", "eh...", dan sebagainya. Kalimat hipnotis biasanya adalah kalimat perintah bernada sugestif, singkat, padat, dan diucapkan berulang-ulang.

Contoh kalimat hipnotis :
Hal pertama yang harus anda lakukan adalah......
Membuat diri anda merasa nyaman.....
Duduklah di kursi dengan kedua tangan di atas paha....
Setelah anda merasa nyaman.......
Fokuskan pandangan mata anda ke satu titik.....
betul......
Arahkan pandangan mata anda ke titik ini.......
Mata anda akan semakin berat......
Semakin berat.....
Dan anda akan tertidur......

(........) menandakan anda harus memberikan jeda sebelum menuju ke kalimat selanjutnya.

Anda sekarang berada di tepi pantai yang indah...
Sangat indah....
Dan akan menjadi lebih indah......
Anda akan melihat ombak dan buih....
Angin sepoi-sepoi...
Pohon kelapa yang teduh.....
Rasakan semuanya.....
Rasakan dengan seluruh panca indra anda.....
Masuklah ke dalam air.....
Rasakan dinginnya....
Gunakan kedua tangan anda untuk berenang melewati lautan....
dsb....dsb....

Untuk menyadarkan kembali sang sukarelawan, anda bisa menggunakan kalimat berikut :

Anda akan melihat sebuah perahu....
Yang siap membawa anda meninggalkan pantai ini...
Tapi anda akan tahu....
Segala memori indah tentang pantai ini akan tetap ada dalam pikiran anda....
Ketenangannya....
Keteduhannya...
Jadi....
Naiklah ke perahu tersebut.......
Dan anda akan menemukan suatu pesan tertulis di perahu itu...
Mulailah berhitung dari 1 sampai 10.....
Dan tiap hitungan aakan membawa anda meninggalkan alam bawah sadar...
Dan kembali ke alam sadar....
dst...dst...

Yang perlu diingat, tempo, ritme, nada, dan volume saat mengucapkan kalimat hipnotis harus konsisten.

Hipnotis adalah cabang ilmu magis yang sangat sulit dikuasai. Untuk menguasainya diperlukan waktu yang tidak sebentar. Jadi, bila anda mempraktekkan hal-hal yang tertulis di sini namun masih gagal dalam melakukan hipnotis, hal itu sangatlah wajar. Teruslah berlatih dan berlatih, maka anda akan menjadi ahli hipnotis yang ulung.

Teruslah berlatih, dan semoga anda sukses.

Masa Lalu

Waktu yang terus berjalan menyisakan

wajah yang sangat indah

walaupun begitu sakit untuk ku ingat

warna yang merona kini mengingatkan ku

waktu bersamamu

walau ku menangis menanti

wajah itu takan kembali lagi untukku

warna yang indah kini berubah kelam

Sabtu, 18 September 2010

Cinta Biru Menyentuhku

Petugas kebersihan berseragam biru-biru, Bandara Soekarno Hatta, mengambil beberapa potong kertas dari bawah kursi ruang tunggu VIP yang telah sepi. Memasukkannya kedalam kotak orange yang sejak seharian selalu menemaninya.
Dilihatnya sebuah Koran di kursi paling pojok. Diraihnya, sebelum Ia tersadar di balik Koran itu ada sebuah buku bersampul biru.
Milik siapakah buku ini? Kasian sekali pemiliknya, pasti sangat merasa kehilangan.
Dia buka cover buku itu. Halaman pertama.
Sepotong tulisan pendek…

“Samudra”

Tangan tuanya membalik lembar pertama dengan hati-hati seolah takut mengotori lembaran bersih buku itu.
***
(Biru, seorang yang selalu aku cintai, semoga Tuhan selalu bersamamu. Mendekapmu dalam kasih-Nya).

***
Diurungkan niatnya untuk membalik halaman kedua. Merasa tidak memiliki kewenangan untuk membaca buku milik orang lain. Di letakkan buku itu pada tempat semula. Kemudian membalikkan badannya dan beranjak pergi.
Baru beberapa langkah, dia berhenti.
Seandainya, ada orang yang mengambilnya?!
***
Rumah kontrakan yang sempit itu adalah satu-satunya tempat Ia bernaung dari panas dan hujan, selama ia mencari nafkah di kota besar ini, untuk menghidupi keluarganya yang Ia tinggalkan di kampung halamannya.
Setelah melepas lelah dan makan malam alakadarnya, ia merebahkan badannya. Pandangannya terhenti pada sebuah buku di atas lemari tua, satu-satunya benda dalam ruangan itu.
Buku bersampul biru yang tadi siang Ia temuakan di bandara tempat Ia bekerja.

***
Aku bangkit dari kursi setelah layar monitor komputerku mati.
Kuhampiri jendela lantai dua puluh satu apartemenku.
Lalu lintas di bawah sana masih sangat ramai, kulirik jam tanganku, menunjukkan jam 17.35. Pantas saja suasana lalu lintas begitu ramai, dan pantas saja perutku terasa sangat perih. Jam makan siang sudah jauh terlewat rupanya, bahkan sarapanpun merupakan hal yang aneh bagiku.

Kusambar jaket kulit kesayanganku, kukenakan sambil berjalan menuju Lift.
Kunyalakan Pak menteri B. 511 BR, mobil besar kesayanganku.

Sepuluh menit kemudian aku sudah berada di antrean panjang, sepanjang pusat perkantoran di kota tempat tinggalku saat ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk memilih spagheti house untuk mengisi perutku yang semakin perih. Ku hampiri satu-satunya meja yang kosong di pojok kanan restoran tersebut. Rupanya banyak juga yang telat makan. Akh, sok tau sekali aku. Mungkin mereka hanya menghabiskan waktu menunggu lalu lintas agak sepi untuk menghindari macet, jadi sekedar duduk-duduk bersama temannya. Tertawa dan bercanda sambil melepas lelah setelah seharian bekerja.
Aku memesan Cheese Burger dan segelas cola dingin. Sambil menuggu pesanan, aku buka majalah yang tadi sempat aku beli di depan restoran, mmm..tidak ada yang menarik perhatianku.
****
Pesananku datang tepat ketika Lima orang anak remaja laki-laki dan seorang perempuan masuk dan langsung jadi pusat perhatian!

“Hahahahaha, give me five…”
“Lo keren banget waktu maen tadi Sha! Sumpah..!”
“yo'a, guee!”

Si gadis yang dipanggil “Sha” dengan bola basket ditanganya hanya tersenyum.
Gadis itu mengingatkan aku pada sosok “Biru”, satu-satunya gadis paling cuek yang pernah aku kenal yang hingga saat ini tidak mau beranjak dari hatiku..
“Tuhan, apa kabar Biruku…?” bisikku dalam hati.

“Sha.. lo mo makan apa?”
“mmmm… bentar masi bingung, aku masiiii seneng bangeeeet, aku nggak ngira bakal menang Jo..”

Tuhan, aku nggak ingin memandang ke arah mereka, tapi sialnya mejaku persis di sebrang meja mereka.
Gigitan pertama di Cheese Burgerku terasa sangat pahit menyaksikan kehangatan mereka, menyaksikan cara bicara gadis itu, tawanya, senyumnya..
Akh Tidak!
Terbayang dengan jelas sosok Biru lima tahun yang lalu, sama persis dengan gadis pemain basket di depanku!

Sejak kecil aku selalu merasa bahwa aku adalah makhluk yang paling dimanjakan oleh Tuhan di dunia ini. Bagaimana tidak, aku memiliki orang tua yang penuh cinta dan kehangatan. Mom yang cantik, lembut. Dad yang gagah dan menyenangkan. Aku tidak pernah kekurangan apapun selama hidupku.
Tapi pada akhirnya semua berubah begitu cepat. ketika aku beranjak dewasa dan jatuh cinta pada seorang bernama Biru . Seorang perempuan biasa yang lembut, ramah, penuh cinta tapi sangat memegang prinsip.

“Sam, kamu tahu kita berbeda, kita tidak bisa bersama. Agama yang aku yakini, melarang aku menikah dengan kamu. Aku tidak bisa melanjutkan ini. Ingat Sam, ketika kita sedang berjalan di tepi pantai, semakin kita ketengah akan semakin sulit kita kembali. Selagi kaki-kaki kita belum basah, selagi kita masih di tepi, sebaiknya kita kembali. Aku tidak bisa menjadi kekasihmu.”

saat kau mengucapkan itu, aku melihat dari sorot matamu yang paling jujur dan aku sangat meyakininya. rasa cintamu padaku sebesar rasa cintaku padamu. Kenapa pergi Biru?! kenapa?!

Tuhan menciptakan sebongkah yang bernama “perasaan” yang indah, tapi sangat sulit aku pahami.
Begitu pahit dengan cerita sedih yang tidak berkesudahan karena sebuah perbedaan. Tapi juga membawakan sebongkah kebahagiaan yang tak terhingga.

Itulah terakhir aku melihatnya..
***
Hampir satu jam aku berada di pelataran parkir. Tak terasa pipiku basah.
Ku kenakan kaca mata hitamku. Menghidupkan pak menteri dan keluar dari pelataran parkir. Beberapa orang gadis menatapku, bahkan ada yang nekad berteriak “hai ganteng, godain kita dong..”
“so cool banget seeh..”

Akh, peduli apa dengan mereka. Inilah aku. Inilah hidupku.

Aku membuka pintu apartemenku. Sepiiii… setiap hari selalu seperti ini. Sepiii.. dan sepiii..

Ku hempaskan tubuhku di atas karpet di samping tempat tidur.
Ku buka laci kecil dan ku keluarkan beberapa pil penenang dari botolnya.
Ku isap dalam-dalam Malboroku. Pahit tercekam di tenggorokanku. Tenggorokanku makin sesak saat kuingat adegan di spagheti house tadi.

Sedang apa Biru sekarang..?
Semua kenangan seperti film yang diputar kembali dalam ingatanku. Tentang sosok bernama Biru, pertama kali bertemu dengannya saat aku datang ke satu kota untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Tidak ada kesan apapun tentang Biru, tapi setelah hampir setiap hari minggu sepulang dari Gereja aku bertemu dengan dia. Masih tidak ada yang istimewa. Akhirnya aku harus bertemu setiap hari dengan Biru di sebuah tempat bimbingan belajar favorit di kota itu.
Masih belum ada yang istimewa..

Sampai suatu sore, aku papasan ditempat parkir dengan Biru, pandangan kami bertemu, itulah pertama kalinya aku bertatapan dengan Biru, saat memandang ke dalam matanya ada yang bergetar di dalam sini, dan aku tidak tahu itu apa.

“Hai..” sapaku
“Hai juga.” Biru tersenyum lembut sekilas, tapi sungguh senyumnya membuat aku salah tingkah.
Aku membenikan diri..
“Aku Samudra, panggil aja Sam, kita sekelas tapi nggak kenal..”
“Aku Biru..”

Sejak perkenalan itu, selain di tempat les, kami sering bertemu tanpa disengaja, di toko buku, di toko kaset, di taman bacaan, di lapangan olah raga umum.

Biru sipecinta basket.

Ntah mulai dari mana, aku makin dekat dengan Biru. Biru yang periang. Biru yang tidak pernah kehabisan ide. Dengannya aku bisa tertawa sekeras-kerasnya.

Setiap hari minggu, sepulang dari Gereja aku menjemput Biru dari mentoring di ITB (sejenis sekolah minggu mungkin kalo di agamaku).

Aku mulai sering rindu tawanya. Kejahilannya. Ide-ide segarnya. Tidak pernah sekalipun aku merasa bosan ada di sampingnya.

Aku masih ingat ketika dengan halus Ia menepis tanganku, saat tanganku hendak menyentuh pipinya ketika dia menangis.
Biru tidak pernah membiarkan aku menyentuhnya. Dia menyampaikannya begitu halus, kenapa dia tidak mau disentuh. Alasan yang tidak aku pahami pada mulanya, muhrim, khalwat, dan lain-lain. setelah aku kenal Raffa barulah aku mengerti.
salahkah aku semakin ingin memilikinya.

Isakku tak dapat ku tahan lagi. Aku sangat merindukan Biru.
Aku tahu ini sangat cengeng, tapi seolah-olah biru sudah masuk kedalam darahku, menyatu dengan hatiku, pikiranku. Hah! Ini sungguh gila!

Terakhir aku melihatnya lima tahun yang lalu sebelum aku memutuskan lari dari rumah suatu malam di mana untuk pertama kalinya tangan Dad menyentuh pipiku! Lebih tepatnya menampar pipiku!
Hardikkannya masih terngiang ditelingaku!

“Mempelajari Islam?!”
“Apa maksud kamu?!!”
“Tidak!”

Rasa sakit di wajahku tidak seberapa, tapi sakit di dalam sini yang tak terhingga.
Memang aku yang bersalah. Aku melakukan sebuah kesalahan yang tak termaafkan. Aku pantas untuk mendapat tamparan dari Dad.

Aku begitu merindukannya. Biru…!
Kenangan akan Biru mengusikku kembali.

Lima tahun sudah semuanya Berlalu. Dalam lima tahun itu aku tidak pernah berhenti mencari tahu tentang Biru. Aku tahu persis dimana dia berada. Aku tahu betul dia sekolah dimana. Aku tahu betul Biru tidak memiliki kekasih, sampai dengan hari ini. Dan benar atau tidak, aku yakin masih ada cinta untukku di hatimu.

Sempat terlintas untuk menelponnya saat aku akan diambil sumpah. Seandainya Biru tahu, aku berhasil jadi Dokter. Tapi aku belum sempat berbuat untuk sesama melalui profesiku.
Ntahlah Biru..

Aku memang seorang laki-laki yang egois, aku tidak mudah bergaul, aku tidak punya banyak teman. Aku terlalu sombong dan angkuh untuk menunjukkan bahwa aku membutuhkan seseorang.
Aku memang terbiasa mandiri. Dan aku mampu melakukan apapun sendiri. Sangat mampu. Yang aku tidak mampu lakukan adalah… berhenti mencintaimu.
Berhenti memikirkanmu.
Aku bukan orang yang cengeng Biru, kamu tahu seumur hidupku, baru tiga kali aku menangis.
Tapi hari ini sudah lebih dari dua kali aku menagis. Hari ini saja. Aku kesepian Biru..

Semakin deras isakku. Aku raih ponselku, kutekan sederet nomor yang sudah sangat aku hafal. Hanya saja aku tidak sanggup untuk menyimpannya di dalam phone bookku.

“Halloo.. Assalamualaaikuum…”
“Hallo… siapa ini” ………………………………

Bergetar hatiku mendengar suara yang sudah sangat aku kenal, aku tidak bisa berkata apa-apa.

Dinginnya AC ruangan kamarku membuat hatiku semakin dingin dan membeku.
Ku hisap rokok terakhirku, pahit. Sepahit apa yang aku rasakan saat ini. Hatiku berdarah.

Dengan pakaian lengkap, kubiarkan air dingin deras dari shower membasahi rambut dan seluruh tubuhku.
Cairan hangat semakin deras mengalir di pipiku bersatu dengan pancaran air shower.
Kelepaskan tangisku sekuatnya, isak yang tadi kutahan pecah sudah. Membuat guncangan di bahuku. Lebih dari satu jam aku menangis di bawah shower.
Ku kenakan handuk untuk membungkus badanku yang mulai mengigil. Handukku langsung basah seketika, dari baju yang aku kenakan.

Sayup-sayup terdengar suara adzan. Hampir setiap subuh aku mendengarnya, karena belum sempat memejamkan mata dan tertidur.
Malam-malam yang panjang kulewati dengan kerja dan kerja mengejar deadline tulisan-tulisanku. Sejak mengenal Biru aku mulai suka menulis dan sanggup menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptopku. Beberapa karyaku bertebaran diluar sana.

Suara adzan itu tidak pernah sekalipun membuat aku beranjak untuk shalat. Aku merasa Tuhan tidak adil, setelah aku masuk Islam, setelah aku belajar banyak hal tentang Islam, setelah aku merasakan perihnya tamparan Dad dipipiku. Setelah itu semua. Tuhan tetap saja tidak Bisa mempersatukan aku dengan Biru.
Biru tetap jauh, bahkan semakin jauh, dan semakin sulit aku jangkau.

Ntah kenapa, pagi ini aku begitu rindu shalat. Sesaat aku ragu, masih hafalkah aku bacaan shalat?

Apa benar yang dikatakan Raffa bahwa aku belum kaffah!
Apa itu kaffah?!
Apa benar aku tertarik Islam karena aku menginginkan Biru?!

Air wudlu membasahi wajah sembabku, ku ambil sajadah berwarna biru.
Aku rentangkan dengan lembut di atas karpet, lagi-lagi berwarna Biru.


Aku angkat kedua tanganku.
Aku menyebut nama-NYa..
Bergetar hatiku ketika nama-Nya.
Tidak aku duga, bacaan shalat masih melekat kuat dalam ingatanku.
Ruku.
Sujud.
sujud.

Rakaat pertamaku lancar.
Rakaat kedua, agak terbata-bata, suaraku tersekat ditenggorokan, saat cairan bening mulai terasa hangat di kedua pipiku.
Aku meleleh, berserah diri sepenuhnya.
Aku serahkan diriku, hidupku dan segala asa yang ada kepada Tuhan, pemilik hidupku.

Aku mohon ampunan atas segala dosa, pengkhianatan dan pengingkaranku akan kehadiran dan cinta-Nya selama ini, begitu lama aku berpaling dari-Nya.
Begitu lama aku melupakan-Nya. Begitu lama aku hidup dalam kesendirianku tanpa memperdulikan dan tanpa mengingat-Nya.
Angkuh!
Arogan!
Aku pura-pura dungu!
Pura-pura tidak tahu siapa pemilik hidupku.
Begitu lama aku terlena dan menggantungkan harapan pada Biru yang juga hanya sekedar makhluknya, sama dengan aku. Sama dengan yang lain.

Sujud terakhirku begitu lama, begitu dalam. Aku sungguh-sungguh merasakan kehadiran-Nya, keindahan berdua saja bersama-Nya. Begitu terasa tangan kasih-Nya, mendekapku penuh cinta.
Inilah cinta yang selama ini aku cari, Membuatku makin meleleh dalam rasa damai.
Begitu ringan rasanya tubuhku. Begitu ringan rasanya kepalaku. Beban yang selama ini menghimpitku hilang seketika. Sesak di dadaku hilang dalam sekejap.

Maafkan aku Tuhan…
Seandainya aku tau bagaimana keindahan dan kenikmatan yang tak terhingga saat bersama-Mu ini sejak lama.
Tidak akan pernah aku berpaling.
Tidak akan pernah aku mendustakan kasih dan cinta-Mu.
Nyaman tak terhingga, damai yang utuh. Penuh, menyeluruh.

Masih dalam sujud terakhirku.
Hening.
Suasana dalam ruangan kamarku hening. Hanya terdengar detak jam dinding.
Aku masih sujud dan enggan melepaskan hangat dan damainya berada dalam dekapan-Nya.
Kubiarkan diriku disana, dalam sujud panjangku.
Perlahan aku rasakan sosok Biru menjauh.
Menjauh..
Tapi…
Dia tersenyum, senyuman yang sudah sangat aku kenal.

Apa betul yang aku rasakan ini namanya ikhlas seperti yang dikatakan Raffa.
Hening…
Tak kudengar lagi suara detak jam dinding kamarku.
Tak kudengar lagi suara isak lembut karena bahagia.

***

Biru, pagi ini aku ada di Bandara Soekarno Hatta. Aku akan pergi menunaikan tugasku.
Aku harus pergi ke Daerah untuk mengabdikan diriku, mengamalkan ilmuku, banyak mereka yang membutuhkan uluran tanganku.
Biru, aku sudah menitipkanmu pada Tuhan. Aku sudah melepaskanmu, bukan berarti aku melupakanmu.
Aku berani melepasmu, karena-Nya.
Berani bukan berarti tidak takut, Biru. Tapi ini pilihanku.
Dan aku harus memilih.
Benar apa yang kamu katakan, saat itu aku membiarkan kakiku terus berjalan, hingga ketengah, dan aku terluka oleh goresan karang saat aku ingin kembali.

Biru, aku akan ke Yogya, disana aku akan mulai semuanya dari awal, aku akan melakukan banyak hal untuk saudara kita yang sedang menerima indahnya ujian dari Tuhan..

Biru, ini terakhir kalinya aku menulis tentang perasaanku padamu.
Mungkin aku tidak akan pernah menulis lagi.
Aku hanya akan menulis betapa indahnya mencintai yang seharusnya kita cintai..
Yaitu mencintai-Nya, Biru..
Mencintai Tuhan kita..
Aku bersyukur Tuhan telah merengkuhku, dengan caran-Nya sendiri yang begitu unik, yang tidak pernah kita sangka, tidak pernah kita duga.
Aku merasa Tuhan bicara padaku melalui sederhananya kamu, bersahajanya kamu, polosnya kamu, apa adanya kamu..
Terima kasih Tuhan..
sudah saatnya ku kembalikan semua kepada Engkau, Tuhan.


***
Petugas kebersihan bandara itu, menutup lembar terakhir buku bersampul biru dengan gambar Tulip kecil sebagai hiasan covernya.
Tangan tuanya itu menyeka air mata yang membasahi wajah penuh garis-garis.

Dengan kaki yang mulai terasa kesemutan, dia mencoba berdiri.
Dibukanya lemari pakaian tuanya, buku itu diselipkan dengan hati-hati diantara beberapa lembar pakaiannya yang terlipat rapi tapi sudah sangat usang. Diusapnya dengan lembut buku itu.
Sekarang Ia tahu buku itu sengaja ditinggalkan, mungkin Sam sudah memiliki buku Biru yang baru.

Direbahkan tubuhnya diatas tikar, sebait doa lembut nan tulus terdengar lirih dari bibir tuanya, untuk seorang Sam, pemuda yang tidak pernah dikenalinya. Doa yang tulus, doa yang tanpa pamrih. Terpujilah cintamu Sam, engkau kembalikan pada satu-satunya Dzat yang memang layak kamu cintai sepenuhnya.
Semoga, Tuhan mempertemukanmu Dengan Biru dalam satu ikatan suci kelak, ah seandainya Biru tau bahwa Sam sudah menjadi seorang muslim sejak lama.


Note : ini adalah Cerpen yang paling ku suka dari website seseorang,,, yang ssudah lama ku dapat,,, dan ku simpan dinotebook ku...  hingga aku lupa dari mana ku dapat cerpen ini

CINTA DAN PENGORBANAN


Dedaun nyiur melambai-lambai seolah-olah memanggil insan yang sedang memerhatikannya. Sesekali,lambaian itu kelihatan lemah, tidak bermaya. Terkadang menggambarkan nyanyianya mengharapkan sesuatu, mungkin pertolongan dari hati suci nan tulus. Ditambah pula deruan ombak menghempas pantai menggamit suasana tenang,sepi. Kelihatan pasangan bahagia berjalan di gigi pantai sambil berpegangan tangan,mungkin sedang mengatur janji kehidupan. Namun berbeda sekali dengan insan yang sedang merenung  di kejauhan tepi pantai itu. Kelihatan badan yang tidak bermaya ibarat si penagih yang sedang menuggu saat kematian. Dia menunduk pada pasir nan putih,mungkin mengenang cerita lalu.
"kamu suka laut?"Diriku tersentak mendengar pertanyaan itu. "Laut?" Tanyaku kembali. "Suka…"Aku menambah. "Tau tak laut itu menggambarkan apa?"Tanyanya lagi. "Laut menggambarkan ikan,"jawabku seadanya. Dia menjeling. Mungkin kurang senang dengan jawabanku. Kelihatan jelingan mata yang bulat itu memperlihatkan kematangan yang ada pada dirinya. Dia bersuara kembali. "Cinta adalah laut. Laut yang tidak berpenghujung ibarat cinta yang tiada berakhir. Cinta yang tiada noktah. Cinta yang abadi…"Aku tersentak mendengar jawapannya. Belum sempat aku berkata,dia berlalu pergi sambil melemparkan senyuman manis dan lambaian suci ke arahku. Dia berlalu pergi. Dan entah mengapa,diri ini tiada terdaya mengejarnya.

------------------------

Malam itu,susahbagiku untuk melelapkan mata. Hati terasa resah,gundah. Bacaan Al-Quran yang ku dengar dari kaset  itu telah habis diputar. Aku beristighfar berkali-kali. Namun tiada juga terlelap mata ini. Masih terngiang-ngiang di telinga akan kata-kata Mei Ling di pantai petang tadi. Mei Ling,anak seorang hartawan wanita cina di pekanku telah dua tahun ku kenal. Minatnya dalam mendalami ajaran agama Islam menyebabkan aku kagum padanya. Akulah sumber rujukannya dari dulu. Aku dijadikan tempat bertanya tentang kemusykilan dalam ajaran Islam,tentang pandangannya yang negatif terhadap Islam serta segala permasalahan yang ada sepanjang mendalami ajaran suci ini. Walaupun dia masih belum mendapat hidayah dari-Nya, namun dia telah menghafal beberapa surah pendek dalam Al-Quran. Akulah yang mengajarnya bacaan tajwid dan cara bacaan yang betul.Di pantai itulah,dia menuntut ilmu dariku. "Fir,bolehkah aku bertanya?" tanya Mei Ling tiba-tiba. " Ah…Kau ini Mei…Mengapa perlu diminta keizinan? Tanyakan saja.."Balasku sambil tersenyum. "Fir,apa pendapat mu tentang Islam?"Tanya Mei Ling kembali. "Mei, mengertilah, Islam itu agama yang syumul, sempurna. Islam merangkumi semua aspek kehidupan. Apa saja yang menjadi pertanyaan dalam hidup ini, Islam ada jawabannya. Dan Al-Quran adalah sumber rujukan kepada semua permasalahan yang timbul. Islam tidak pernah melarang umatnya melakukan sesuatu. Contoh yang paling jelas adalah menghibur diri. Nikmat yang Allah kurniakan ini adalah untuk dirasa. Tapi kamu mesti tahu akan batas-batas yang telah ditetapkan oleh-Nya. Islam juga tidak menghalang percintaan antara dua insan .Sedangkan nabi Adam yang berada di syurga inginkan teman. Lebih-lebih lagi kita ini makhluk yang biasa. Kau…Aku…Semuanya inginkan teman…"Kataku panjang lebar. Mei Ling menjeling kepadaku. Dia diam membisu. Mungkin terperangkap dengan kata-kata terakhirku tadi.

-----------------------

Dua hari kemudian, aku menerima panggilan telpon dari Mei Ling. Aku terkejut mendengar suara suara tangis dari gadis cina itu. Suara yang tersekat-sekat menyebabkan aku sukar mentafsir apa yang yang hendak disampaikannya. Aku terus meletakkan gagang telpon dan bergegas ke rumahnya. Aku terkejut. Kelihatan seorang perempuan tua di suatu sudut dengan wajah yang tidak pucat. Kelihatan Mei Ling di sisinya menangis. Perempuan tua itu adalah ibu Mei Ling. Tanpa membuang-buang waktu, aku terus membawanya ke Rumah Sakit.

-------------------------

"Saya harap, kamu bersabar. Ibu kamu menghidap penyakit kanker perut. Dia memerlukan pembedahan dengan kadar segera. Kalau tidak,peluangnya untuk hidup adalah tipis…"Kata-kata dari dokter itu begitu memeranjatkan Mei Ling. Dia menangis. Aku coba menenangkan Mei Ling. Namun tangisannya semakin menjadi-jadi. Oh…Ujian apa yang menimpamu Mei Ling.

--------------------------

"Mei Ling, paman ingin menyampaikan pesan mamamu kepada mu,"kata Chong, paman  Mei Ling. "Apa paman?",tanya Mei Ling lemah. Chong menghulurkan satu sampul surat kepada Mei Ling. Mei Ling terus membukanya….

Anakku Mei Ling,
Mama telah menghidap penyakit ini setahun yang lalu. Namun Mama rahsiakan darimu .Mama sudah tau  akan adanya operasi  yang akan dilakukan terhadap Mama. Namun dengarlah anakku, Mama hanya akan menyetujui  pembedahan dilakukan andai dirimu melupakan niat untuk memeluk Islam.
Mei Ling,
Mama tidak ada mempunyai  orang lain di dunia ini. Hanya kau anakku. Mama rela mati andai kau meninggalkan agama nenek moyang kita.
Mamamu,
Choo...

Mei Ling rebah. Bagaikan satu halilintar yang memanah dirinya. Kini, terbayang wajah mamanya. Terbayang pula kitab suci Al-Qur’an dan Fir, mentornya dalam bertanyakan soal jawab agama. "Adakah ini dugaan untukku?" Mei Ling berbicara dalam hati. "Mama, aku sayang padamu. Andai kau tiada, dimana hidup ini dapat menumpang kasih? Fir… Adakah ini cobaan dari tuhanmu? Tuhan yang bakal aku sembah suatu hari nanti? Mengapa ini harus terjadi padaku?" ucap Mei Ling sendirian.

-----------------------

"Fir, apa yang kau fikirkan itu?" Tanya Bukhari, sahabat baikku. Namun, aku diam. Fikiranku jauh menerawang. Terbayang wajah Mei Ling, terbayang pula sendu tangisnya di Rumah Sakit tempoh hari. "Mei Ling, walau apa pun terjadi, aku tetap menjagamu, membimbingmu ke jalan yang kau impikan selama ini. Percayalah, ibumu akan selamat dan akan mengikut jalan yang kita tujui bersama. Jalan mencapai keridhoan-Nya." Aku mengukir kata di hati.
"Fir, ini ada surat buatmu." Diberikan  Bukhari kepadaku. Ku buka surat itu. Perlahan…

Saudaraku Firdaus,
Bila kau terbaca surat ini, mungkin waktu itu ibuku sedang menjalani pembedahan.
Fir,
Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan. Ibuku telah meletakkan aku dalam keadaan serba salah. Fir, dia tidak akan menjalani pembedahan andai aku meneruskan niat untuk memeluk Islam. Baginya, dia sanggup mati andai melihat aku meninggalkan ajaran nenek moyangku. Maafkan aku Fir. Di dunia ini aku hanya ada ibuku. Dialah segala-galanya. Terima kasih atas bimbinganmu selama ini.
Mei Ling….

Aku terduduk. Badan terasa lemah lemah. Tiada berdaya. Mata berbinar. "Mei Ling, mengapa begitu sempit fikiranmu? Di mana kekuatan hatimu selama ini? Di mana keikhlasanmu terhadap Islam? Mengapa dirimu begitu lemah? Lemah dengan dugaan dunia. Adakah tidak cukup apa yang aku sampaikan selama ini? Mei Ling… Mengapa?" Berbagai persoalan menerjah kotak fikiranku.

-----------------------------------

Hari ini, hidup tiada lagi bererti. Tiada apa lagi yang inginku kejar, kucari. kepergian Mei Ling dari hidupku ibarat merusakkan seluruh kehidupanku. "Fir, di mana kekuatanmu selama ini? Di mana pengetahuanmu dalam berbicara soal agama? Mengapa begitu lemah batinmu? Hancur  dengan seorang insan bergelar Hawa. Insan yang tiada membawa arah. Lemah dengan dugaan dunia. Cinta hakkiki hanya pada yang Esa. Adakah kau lupa semua itu Fir? Mengapa begitu sempit  pemikiranmu? Fir, mengertilah. Cinta hakiki hanyalah padanya. Mengertilah Fir…" Begitulah kata-kata pedas dari Ustaz Saufi yang mengunjungiku siang tadi. Ustaz Saufi yang mengajarkan ilmu agama itu begitu mengambil berat akan diriku.
Beberapa minggu selepas kunjungan Ustaz Saufi, aku mendapat berita yang Mei Ling telah melangsungkan perkahwinan dengan jejaka pilihan ibunya. Berita itu begitu cepat tersebar ke seluruh pekan ini. "Mungkin dia bahagia sekarang." Rintih hatiku…

-----------------------------------

SETAHUN KEMUDIAN

"Fir, adakah kamu membaca berita hari ini?" Tanya Bukhari tergopoh-gopoh. Belum. Mengapa Bukhari?" Tanyaku balik. Tanpa menjawab pertanyaanku, Bukhari terus menghulurkan selembar  koran  yang dibacanya kepadaku.
PEKAN SIPUT,20 AGUSTUS: HARTAWAN MATI DITEMBAK
Hartawan terkenal di pekan ini, Puan Choo Jui ditemukan tewas berlumuran darah di kepala. Mendiang  ditembak oleh menantunya kerena adanya  perselisihan pendapat tentang pembagian harta dalam keluarga tersebut. Menantunya, Tan Bai Loon, ditahan untuk penyidikan polisi. Sementara anak  mendiang ,Mei Ling Soon, ditempatkan di Rumah Sakit karena pingsan akibat dicederakan oleh suaminya.

Aku begitu terkejut mendengar berita tersebut.Tanpa menunda waktu, aku langsung ke Rumah Sakit. Bukhari menghalangiku. Namun, difikiranku hanya terbayang wajah Mei Ling. Sesampainya di Rumah Sakit, aku melihat Mei Ling terkulai diruangan Rumah Sakit. Kelihatan wajahnya begitu lesu. Malam itu, aku menemaninya. Sepanjang malam tersebut, beberapa kali Mei Ling memanggil nama ibunya. Mungkin dia mengalami mimpi buruk akibat kejadian tragis itu.
Keesokan harinya, mayat mendiang Choo Jui  dikebumikan. Aku begitu terharu karena Mei Ling tidak sempat melihat wajah mamanya buat kali terakhir. Tanpa kusadari, air mataku mengalir mengenangkan nasib yang menimpa dirinya. Sementara itu, suami Mei Ling, Tan Bai Loon, menjadi tersangka pembunuh mertuanya, mendiang Choo Jui. Dia dikenakan hukuman gantung sampai mati.
Seminggu selepas kejadian menyayat hati itu, barulah Mei Ling sadar. Kali pertama dia membuka mata, melihat aku di sisinya, dirinya begitu terkejut. "Fir, mengapa kau berada di sini? Aku di mana? Apa yang telah terjadi? Mengapa kau menangis Fir?" Tanya Mei Ling berkali-kali kepadaku. Aku terpaksa menjelaskan semua yang berlaku kepadanya. Walaupun berat hati ini untuk berbuat demikian. Mei Ling menangis teresak-esak mendengar penjelasanku.
"Fir,maafkan aku. Aku khilaf. Aku khilaf Fir. Mungkin ini balasan buatku. Mengapa semua ini harus terjadi kepadaku Fir? Aku telah menolak Islam. Sedangkan selama ini, aku begitu tenang mendalami ajarannya." Itulah kata-kata keinsafan dari Mei Ling. Disusuli tangisan yang tidak henti-henti...
Sebulan kemudian, di hadapan Imam masjid pekan tersebut, Mei Ling telah melafazkan kalimah syahadah. Namanya ditukar kepada Aisyah Ling Binti Abdullah. Itulah saat-saat yang paling bahagia dalam hidupku…

--------------------------------

Masa berlalu…Kukira tiada lagi tangis dalam hidup Aisyah. Dan juga dalam hidupku. Namun, manusia hanya mampu merancang. Allah menentukan segala-galanya. Panggilan telefon pada suatu pagi dari Rumah Sakit, menghadirkan kembali episod duka dalam hidup aku dan Aisyah. Aisyah diminta ke Rumah Sakit.
"Nona Aisyah, diharap Anda  bersabar. Berdasarkan hasil laboratorium ketika anda dirawat di Rumah Sakit  kami dulu, Anda didapati menghidap HIV positif dari bekas suami Anda. Dan hidup anda  sudah tidak berapa lama lagi." Begitulah kata-kata dokter pada pagi itu.
Aisyah menangis. Apa lagi yang terdaya dilakukan oleh makhluk lemah bergelar wanita itu. "Oh…Tuhan…Adakah ini ujian mu kepadaku? Mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa begitu berat ujianmu ini? Dosaku terhadapmu tak sanggup kuhitung. Amalku terhadap mu tiada lagi mencukupi. Mengapa begitu cepat nyawa ini ingin kau ambil kembali? Ampunilah dosaku. Hambamu yang hina ini merintih simpati darimu. Ampunilah dosaku…"Mei Ling merintih sendirian dalam doanya pada malam itu…

-----------------------------------

"Di pantai itu, aku menemani Aisyah. Aisyah, masihkah kau ingat saat ini?" Tanyaku. "Hmm…Cinta adalah laut. Laut yang tidak berpenghujung ibarat cinta yang tidak berakhir. Cinta yang tiada noktah. Cinta yang abadi. Seperti cintaku kepada Penciptaku," katanya penuh perasaan. "Benar katamu itu. Cinta yang paling agung adalah cinta hamba ini kepadanya. "Aisyah, Allah telah mengurniakan banyak nikmat cinta buatku. Nikmat cintaku kepada-Nya. Dan nikmat cintaku kepada seorang hambanya. Hambanya yang berada di depan mataku ini. Aku mencintaimu Aisyah," kataku penuh keikhlasan. Aisyah kaget. Dia diam. Tunduk. Tuduk tiada kata. "Aisyah, tataplah mataku. Aku ingin memperisterikanmu. Percaya pada kataku ini. Aku sanggup menanggung semuanya. Aku rela Aisyah," tambahku lagi. Aisyah menangis...
"Fir, hidupku tinggal sebentar lagi. Kau akan menyesal suatu hari nanti. Kau sanggup kehilangan aku?" Tanya Aisyah. "Mengertilah Aisyah…Mengapa harus kulupakan akan nikmat cinta kurniaan Allah ini? Sedangkan ini adalah nikmat yang Allah telah kurniakan buat semua hambanya. Aku akan menjagamu. Hidup dan mati adalah ketentuannya. Cinta hakikiku hanya kepada-Nya. Tapi, salahkah aku mencintai hamba-Nya ini? Salahkah kalau aku ingin membantumu, menyayangimu, seperti mana Allah menyayangi hamba-Nya? Kau terlalu memikirkan akan kematian itu. Aisyah, kita hanya mampu merancang. Allah menentukan. Tataplah mataku. Kau adalah cinta abadiku. Dan Allah cinta hakikiku…"Jawabku panjang lebar.

-----------------------------------

Kebahagian berumah tangga bersama Aisyah begitu singkat berlalu. Banyak kenangan indah yang diukir bersama. Namun di suatu pagi yang hening, di saat umat Islam lain sedang menzuhudkan diri mereka kepada Allah, Aisyah telah pergi buat selama-lamanya. Wajahnya begitu tenang bercahaya.Meninggalkan aku sendirian…
"Fir suamiku,terima kasih atas segalanya.Aku menunggumu di sana…"Itulah kata-kata terakhir Aisyah kepadaku. Aku pasrah. Malam itu, Aisyah hadir dalam mimpiku. Melambai-lambai kepadaku. Di satu tempat yang begitu indah, suci…

-----------------------------------

Kelihatan pemuda yang sedang tunduk ke pasir itu bangun dari tempatnya. Dan berlalu pergi… Itulah Firdaus. Hari-hari seterusnya tiada lagi kelihatan Fir di pantai itu. Di suatu malam yang sunyi, Fir telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. HIV positif yang diderita dari arwah isterinya, menular padanya yang berakhir  kepada kematian itu. Dia dikebumikan di sebelah pusara arwah isterinya,Aisyah Ling binti Abdullah. Mungkin mereka sedang bahagia di sana…
Inilah Islam, cinta dan pengorbanan…..

Rabu, 08 September 2010

10 Virus Yang Sangat Berbahaya

1. HIV/AIDS
Virus yang satu ini menyerang kekebalan tubuh dan hingga kini belum ada obatnya. Ibarat menunggu kematian kalau udah terjangkit virus ini.
2. Ebola, Hanta & Demam Berdarah
ketiga virus ini menyerang tubuh melalui virus yang menyebar bersama darah korban. Virus ini menyebar melalui kotoran hewan dan udara bebas.
3. Rabies
Berbusa di mulut, kesulitan menelan, seorang gila takut air, kemarahan, delusi dan halusinasi adalah dampak langung dari virus ini. Menyebar melalui air liur hewan (biasanya melalui gigitan anjing). Jika virus rabies menyerang sistem saraf maka amat mematikan apabila telah sampai ke otak
4. Bakteri Kebal Antibiotik
Merupakan mutasi dari bakteri antibiotik yang menyerang sistem imun tubuh.
5. Naegleria (Bakteri Amoeba Pemakan Jaringan Otak)
Amoeba kecil ini menyerang jaringan otak yang di tandai dengan tubuh kejang mulai, diikuti oleh koma. Hidup pada perairan hangat Amerika masuk ke tubuh melalui lubang hidung.
6. Virus Sapi Gila
Penyakit sapi gila, juga dikenal sebagai bovine spongiform encephalopathy. Dikenal sebagai varian Creutzfeldt-Jakob, penyakit menular melalui daging yang terkontaminasi dan menyebabkan sejumlah gejala neurologis mengerikan degeneratif, termasuk demensia, kehilangan sistem saraf dan otot kontrol, dan akhirnya, kematian.

7. Kusta dan Lepra
Penyakit, juga dikenal sebagai penyakit Hansen, disebabkan oleh Mycobacterium leprae, sebuah bakteri yang menginfeksi saraf perifer. Tanpa fungsi syaraf untuk merasa sakit dan suhu, pasien dapat sering secara tidak sengaja melukai diri sendiri dan infeksi oportunistik dapat mengambil terus, kadang-kadang menyebabkan hilangnya jari atau jari kaki. Selama berabad-abad, penyakit ini diyakini sebagai kutukan. Cerita berlimpah tentang gejalayang menakutkan seperti kulit berubah menjadi daging mati dan anggota badan yang secara tiba-tiba terlepas. 
8. Botulism
BT adalah hasil karya dari tanah umum bakteri Clostridium botulinum. Bakteri dapat ditularkan melalui makanan yang tercemar dengan bakteri atau spora, atau melalui luka terbuka. Dalam satu atau dua hari, muncul gejala-gejala neurologis, termasuk bicara cadel, pandangan kabur dan kesulitan bernapas. Otot bergerak lebih lemah, refleks berhenti bekerja, tungkai bisa lumpuh. Akhirnya, diafragma dan otot-otot pernapasan lainnya berhenti bekerja, menyebabkan kematian. Antitoksin dan antibiotik dapat menghentikan perkembangan penyakit.
9. Kaki Gajah
Disebarkan oleh gigitan nyamuk, cacing parasit yang menyebabkan kaki gajah bersarang di sistem getah bening, yang mengontrol respon imun dan retensi cairan hingga terjadi pembengkakan. Yang paling sering terjadi pembengkakan di kaki, tetapi dapat juga terjadi pada lengan, payudara atau bahkan alat kelamin, menyebabkan mereka membengkak dan cacad untuk ukuran besar.
10. Polio
Pada puncak epidemi polio di tahun 1950-an, ada lebih dari 13.000 kasus yang melibatkan kelumpuhan dan 1.000 kematian setiap tahun dari penyakit, banyak dari mereka anak-anak di seluruh dunia.

Istikharah Cinta

Bila tlah kau catatkan dia akan jadi milikku
Satukanlah hatiku dan hatinya
Titipkanlah kepada kami bahagia yang abadi
Melayari hidup ini dengan ridlomu ilahi
Namun bila tlah kau takdirkan dia bukanlah milikku
Bawa jauh dia dari pandanganku.
Lenyapkanlah kebahagiaan saat dia disisihku
Dan pelihara diriku dari kecewa hatiku.
Tenangkanlah hatiku dengan lembut cintamu
Dengan kasih sayangmu.
Agar ku merasakan indahnya karuniamu
Yang kau anugerahkan untukku.
Janganlah kau biarkan aku hidup sendirian
Membawaku di kegelapan dunia.
Maka berikanlah diriku pasangan yang beriman
Agar aku dan dia dapat
Setia tuk menyembahmu.

Pengorbanan Cinta

Allah Enkau maha mengetahui
tak terkecuali hati yang tak jua luput dari pengetahuanMu
baik rasa yang melintas ataupun yang mendendap
dan semua itu adalah keagungan takdirMu
Enkau tahu bahwa kini di hati ini
bunga-bunga cinta menggusarkan jiwaku
aku jatuh cinta pada makhluk yang telah Engkau jadikan indah dalam pandanganku
ku tak ingin rasa ini menutupi pandangan qolbuku dari kekuasaanMu
Oh God … what can I do …
should I keep this love
to someone who has teased this heart
or should I disclose my heart
Duhai penunjuk jalan di kala hati tak tentu arah
Wahai cahaya terang di saat tiba kegelapan
bentangkan jalan pancarkan cahaya pada mata dan ruang hatiku
labuhkan perahu layar penuh ombak dan badai di dermaga keridloaanMu
kembali pada cinta …
apakah ini hanya ada dalam hatiku saja
ataukah bunga cinta juga tumbuh di hatinya
jangan-jangan aku hanya bertepuk sebelah tangan saja … menyedihkan
Oh God … what can I do …
should I keep this love to someone who has teased this heart
or should I disclose my heart
I was in a confusion
cinta oh cinta
suatu waktu ketika aku memikirkanmu
mengumpulkan data atas mereka yang bahagia dan terluka karenamu
maka berdasarkan analisis hatiku aku menyimpulkan tentangmu
engkau hanyalah perspektif waktu
dan aku tak ingin terjebak dalam relativitasmu
yang meenggelamkanku dalam hubungan linier semu
karena adanya diferensiasi yang disembunyikan dalam hati
probabilitas kebalikan sifatmu kadang tak terduga
mampu memunculkan determinasi hatiku dan hati dia nantinya
ku tak ingin hal itu menggugurkan validitas cintaku
karena hubungan yang positif dan signifikan adalah pengharapanku
ya Allahu yaa Rohmaan
Inni Audzubika Minal Hammi Wal Hazan
ya Allahu yaa rohiim irhamna
wa Inni asalukal qolbun salimun salaman
Aku mengerti bahwa rasa ini bukan sekedar lintasan
karena bunga-bunga cinta hatiku telah menumbuhkan putik-putik rindu
begitu susah rasa ini aku palingkan
Apalagi ketika malam datang, bayang hadirnya meramaikan kesendirian
once again
Oh God … what can I do …
should I keep this love to someone who has teased this heart
or should I disclose my heart
????????????
?
??
??????????????????????
Allah …
JIka suatu saat nanti telah terkumpul keberanian
sampai tersingkaplah rasa cinta ini padanya
Kumohon … Arahkanlah hatinya untuk menerimanya
hingga indahnya bunga cinta mekar dengan sempurna
Namun jika dia menolaknya
Lewat angin … afirmasikanlah bahwa dia tak layak untukku
dan Engkau telah menyiapkan bidadari terbaik untuk diriku
yang akan engkau turunkan diantara bintang dan rembulan
Dan andai nanti dia menerimanya
maka vibrasikanlah penerimaan itu terhadap keluarganya
karena aku tak ingin cinta yang tak direstui
yang akan memberikan peluang bagi setan untuk membisikkan kawin lari
astaghfirullahal ‘adzim
Allah … sungguh tak ada yang tahu kehendakMu
Bisa jadi Kau hembuskan cinta di hatiku dan dihatinya
namun tidak bagi wali yang mewakili dirinya
Jika itu terjadi … hancurkanlah cinta
hancurkan rasa itu sebagaimana kau hancurkan kaum-kaum yang telah mendustakanMu
karena telah kupaksakan hati untuk mencintaimmu di atas cinta selainMu
but …
a hope in my heart
I want to meet her
in one day one heart to be forever
Ya Allah perkenankan permohonan cintaku
“permohonan cinta”

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Penulis : Inayati


Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.
Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.
”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.
”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.
Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.
”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *
For vieny, welcome to your husband’s heart.
*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.

Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002

Jumat, 03 September 2010

Tonsil >> Amandel



Radang tonsil-adenoid, dalam bahasa awam sering disebut amandel, adalah penyakit yang sering ditemukan terutama pada anak-anak.
Secara sederhana, penyakit ini terbagi atas radang tonsil-adenoid akut (mendadak) dan radang tonsil-adenoid kronis (menahun). Selain pembagian itu, masih ada pembagian lain yang tidak saya jelaskan di sini. Tonsil terletak pada kedua lipatan pilar rongga mulut sehingga bila ia membesar kita dapat melihatnya saat membuka mulut lebar di depan
kaca. Sedangkan adenoid terletak pada dinding belakang tengah nasofaring yang di kanan dan kirinya, agak ke atas, terletak muara tuba Eustachius yaitu saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan nasofaring.
Tonsil membesar maksimal pada anak usia 5-6 tahun, sedangkan adenoid membesar maksimal pada usia 3-4 tahun. Setelah itu mengecil dan biasanya hilang sama sekali setelah usia anak mencapai 12-14 tahun.
Dengan demikian, setelah usia pubertas, adenoid sudah tidak ditemukan.  Tonsil dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang pada keadaan normal berperan membantu sistem imunitas, tetapi bila telah terjadi infeksi kronis maka akan terjadi pengikisan dan fibrosis dari jaringan
limfoid. Dan pada penyembuhan jaringan limfoid tersebut akan diganti oleh jaringan parut yang tidak berguna.
Bila infeksi berlangsung terus-menerus maka perubahan jaringan limfoid menjadi jaringan parut pun akan makin banyak dan berlangsung terus-menerus pula sehingga pada akhirnya seluruh tonsil akan berubah menjadi jaringan parut sehingga akibatnya tidak ada lagi berfungsi.
Bahkan justru tonsil-adenoid itu sendiri akan menjadi fokus infeksi yang secara periodik dapat menyebarkan bakteri berbahaya bagi tubuh secara keseluruhan. Penyebab yang tersering dari radang tonsil-adenoid akut adalah bakteri berbentuk kokus (lebih dari 50 persen) dan sisanya adalah infeksi virus. Sedangkan penyebab radang tonsil-adenoid kronis selain bakteri berbentuk kokus juga dapat ditemukan bakteri lain yaitu golongan gram negatif.
Cara penularan infeksi tonsil-adenoid akut pada seseorang dapat terjadi langsung melalui percikan ludah (droplet infection) yang mengandung bakteri dari orang lain yang sedang menderita radang tonsil. Pada anak, karena imunitas tubuhnya belum sempurna, maka bila
ia telah tertular radang tonsil maka selanjutnya penyakitnya cenderung untuk kambuh dan menjadi kronis.
Radang tonsil-adenoid kronis merupakan kelanjutan dari radang tonsil-adenoid akut. Beberapa faktor kecenderungan pada anak yang dapat menimbulkan radang tonsil-adenoid kronis adalah pengobatan radang tonsil-adenoid akut yang tidak tuntas, rangsangan berupa iritasi kronis dari asap rokok, iritasi kronis dari makanan (pedas, minyak goreng yang sudah rusak dan es), pengaruh cuaca dan pergantian musim, suhu udara ruangan yang terlampau dingin dan kebersihan rongga mulut yang buruk.

Gejala
 Gejala radang tonsil-adenoid akut adalah rasa nyeri pada saat menelan bahkan kadang-kadang rasa nyeri tersebut terasa sampai di telinga (otalgia). Pada anak kecil mungkin ia akan menjadi rewel, tidak mau makan, mengeluh telinganya sakit bahkan sering disertai
pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening yang terletak pada perbatasan antara dagu-leher. Gejala lainnya adalah rasa lesu, nyeri sendi, demam yang cukup tinggi. Pada anak suhu tubuh dapat mencapai 40o C.
Gejala dari radang tonsil-adenoid kronis adalah rasa mengganjal atau rasa kering di tenggorok, tidur mendengkur, kesulitan bernapas dan napas kadang berbunyi akibat pembesaran adenoid serta bau mulut menjadi tidak segar. Pada keadaan di mana terjadi kekambuhan pada radang tonsil-adenoid kronis maka gejala yang timbul merupakan
gabungan kedua gejala di atas.
Kedua bentuk radang di atas dapat menyebabkan komplikasi cukup serius, dimulai pada organ yang letaknya dekat dengan tonsil itu sendiri sampai pada organ yang letaknya jauh dari tonsil dengan cara mengikuti aliran darah (hematogen) atau getah bening.Komplikasi dapat berupa timbulnya nanah pada peritonsil, abses parafaring, radang telinga tengah akut, radang telinga tengah kronis (congekan), radang sinus paranasal (sinusitis), radang bronchus paru (bronkhitis) , radang ginjal (glomerulonefritis) , radang otot jantung (miokarditis) dan radang sendi (arthritis).
Pengobatan radang tonsil-adenoid akut berupa pemberian antibiotik, penurun panas, vitamin, serta terapi penunjang lain sesuai indikasi dan jangan lupa istirahat yang cukup. Pada keadaan ini anak sebaiknya dijaga agar tidak terlalu banyak beraktivitas, selain untuk
mempercepat penyembuhan juga mengurangi risiko menularkan penyakitnya pada adik, saudara atau temannya.
 Tidak semua radang tonsil-adenoid kronis harus dioperasi. Biasanya operasi pengangkatan tonsil-adenoid baru dilakukan bila pada kontrol lanjutan terdapat kecurigaan mengarah timbulnya komplikasi berbahaya.  Pada keadaan di mana terdapat radang tonsil-adenoid kronis berulang lebih dari 6 kali per tahun selama dua tahun berturut-turut, radang
tonsil-adenoid kronis dengan komplikasi (sebagaimana diuraikan di atas), maka operasi sangat dianjurkan dengan tujuan mempercepat penyembuhan penyakit dan mengurangi risiko timbulnya komplikasi yang lebih berat.
Dalam menentukan waktu operasi yang tepat, dokter spesialis THT akan bekerja sama dengan dokter spesialis anak. Beberapa pedoman yang dapat dipakai dalam menentukan waktu operasi adalah: infeksinya telah reda atau anak bebas demam paling sedikit lima hari, hasil pemeriksaan darah tepi dalam batas normal, fungsi pembekuan serta masa perdarahan
normal serta fungsi jantung-paru normal.
Sebenarnya komplikasi radang tonsil-adenoid pada anak dapat dicegah dengan memperhatikan gizi anak, kebersihan anak dan menjauhkan anak dari hal-hal yang berbahaya seperti asap rokok. Satu hal yang sebaiknya dilakukan adalah segera konsultasikan ke dokter bila anak Anda sakit.